Trust
Nathan's House 09:00 AM
Dafa adalah orang pertama yang sampai di rumah Nathan. Setelah pemiliknya membukakan pintu, Dafa langsung masuk dan pandangannya pun tak luput dari wajah sahabatnya itu. Dafa bahkan lupa kapan terakhir kali Nathan sesedih ini karena seingatnya Nathan selalu bahagia setelah Oliver menjadi pacarnya.
“Lo gak apa-apa?”
“Menurut lo?”
“Mata lo bengkak banget, kompres dulu ya?” Tak perlu menunggu persetujuan dari lawannya, Dafa langsung mengambil sebaskom air dingin serta handuk untuk mengompres mata Nathan.
Sedang Nathan hanya bisa diam menuruti sahabatnya ini.
“Mau cerita?” Tanya Dafa yang dijawab anggukan kecil oleh Nathan.
“Gue baru aja dikasih liat foto-foto Oliver sama rekan kerjanya, mereka mesra banget, Daf. Gue pusing liatnya. Bahkan difoto itu mereka ciuman.” Air mata Nathan kembali mengalir.
“Gue boleh liat foto-fotonya?”
Seketika Nathan mengambil handphone nya dan menunjukkan semua foto yang ia dapat.
“Lo udah tanya langsung ke Oliver?” Nathan menggeleng.
“Lo tau cewek ini siapa?” Nathan mengangguk.
“Oliver pernah cerita kalo cewek itu namanya Tiara, mereka pernah jadi partner waktu Oliver masih jadi boyfriend rent, selama setahun. Oliver bilang mereka gak lebih dari pacar sewaan. Tapi ngeliat foto-foto itu gue jadi gak yakin kalo setahun itu gak terjadi apa-apa sama mereka. Pasti salah satu dari mereka ada yang suka. Gue takut Daf, gue takut banget Oliver beneran ngelakuin itu ke gue. Gue bahkan gak berani nanya karena takut apa yang ada di kepala gue itu kejadian, Oliver selingkuhin gue.”
Dafa hanya diam, ia tahu saat ini Nathan hanya butuh didengar. Sebenarnya lelaki jangkung itu ingin sekali memeluk lelaki di hadapannya ini, karena pada dasarnya perasaannya belum memudar. Perasaannya masih sama, ditempat yang tak akan pernah tejangkau dan tergantikan oleh siapapun kecuali Nathan.
“Menurut lo, Oliver beneran selingkuhin gue apa gak?” Nathan bertanya. Meski tak diucapkan, Dafa tahu jawaban yang diharapkan Nathan adalah 'tidak'.
“Sebelum ini, Oliver itu orang yang terbuka atau gak sama lo? Pernah gak sekali aja dia bohong?” Dafa balik bertanya.
Nathan menggeleng dengan pelan. “Dia orang baik Daf, dia bahkan nyeritain semua tentang dirinya. Dipertemuan pertama kita aja dia perhatian banget ke gue. Dia selalu naruh kebahagiaan gue diatas segalanya, dia selalu make sure gue happy di deket dia. He's so kind.”
Yang Dafa lihat hanya cinta yang sangat besar di mata Nathan untuk Oliver. Jika sebelumnya Dafa masih meyakini bahwa suatu saat Nathan kan melihatnya, Nathan akan berbalik untuk memeluknya, Nathan akan mulai membalas persaannya, kali ini tidak.
Kini Dafa tahu, pintu itu tidak akan pernah bisa ia buka. Sampai kapanpun. Dan pada akhirnya Dafa hanya akan menjadi sahabat untuk Nathan. Selamanya.
“Kalo begitu gue yakin, Oliver pasti orang baik. Dia sayang banget sama lo dan ga mungkin dia nyakitin lo sampe segininya. Lo harus percaya sama Oliver. Dan yang lebih penting, lo harus tanya sendiri sama Oliver, gue gak mau lo terjebak sama jawaban di kepala lo yang itu semua belum terbukti kenebarannya.”
Tidak, Dafa tidak sekuat itu sebenarnya. Apa kalian pernah melakukan apa yang Dafa lakukan sekarang?
Dafa bisa saja mengambil kesempatan ini untuk memiliki Nathan, namun kebahagiaan Nathan bukan dengannya. Dan sesuatu yang dipaksakan tidak akan berakhir baik.
“Disaat seperti ini bukannya orang yang harus lo percaya adalah pacar lo?”
Nathan terdiam. Iya, bagaimana dia bisa secepat ini terpengaruh oleh foto yang belum pasti benar?
“Gue akan nanya ke Oliver secepetnya.” Nathan menghapus air matanya dan memandang Dafa dengan senyum.
“Makasih ya, Daf.” Kini nathan memeluk Dafa.
Meski sempat terkejut namun perlahan Dafa pun membalas pelukan Nathan. Mengusap punggung sahabat yang dicintainya itu.
“Anytime, Nath. If you need me, call me.”
'Apapun buat lo nat. Meskipun gue tau gue gak akan lebih dari sekedar sahabat buat lo, tapi gue bersyukur masih bisa terus ada di samping lo saat lo sedih atau senang.'
Satu dari keinginan Dafa sekarang terwujud, Nathan berbalik dan memeluknya, namun tidak dengan membalas cintanya. Gak apa apa, karena bentuk cinta itu banyak. Dan saat ini Dafa memilih bentuk cinta yang paling tinggi. Yaitu mengikhlaskan.
“Ihhh peluk-peluukkk”
Suara Priscilla dan Evlyn yang ternyata sudah datang membuat pelukan mereka terlepas.
“Nathaann matanya bengkak bangeettt.” Priscilla berlalu mendekati Nathan, menangkup wajah lelaki itu dengan khawatir.
“Ini kayaknya efek kurang healing deh! Gimana kalo sekarang juga kita ke Warpat! Mumpung masih pagiii. Ayo ayoo.”
Priscilla, si paling kecil diantara semuanya. Happy virus ditengan kesedihan.
“Eh gue gak bawa mobil?” -Dafa
“Mobil gue juga dipinjem bokap nih.” -Nathan.
“Tenang! Caka ikut. Dia bawa mobil.” -Evlyn
Setelahnya terdengar suara klakson mobil yang menandakan bahwa Caka ada di depan sana.
“Gas??”
“Gass!!”
Begitulah, perjalanan yang tidak direncanakan biasanya selalu terrealisasikan. Mereka benar-benar pergi hari itu juga menuju dataran tinggi Jawa Barat.