Orang Lain.

Andovy baru saja memasuki parkiran dan memarkirkan mobilnya di deretan paling pojok, tempatnya biasa parkir. Ia mengambil semua barang-barang yang diperlukan untuk pekerjaannya nanti, terakhir Andovy memakai jam tangan mahalnya lalu beranjak keluar dari mobil.

Hatinya ringan, senyum merekah lebar, ia pikir sudah saatnya ia bangkit setelah semuanya yang terjadi.

“Andovy!”

Andovy menghentikan langkahnya ketika sebuah tangan menggenggam lengannya. Nayla yang datang entah dari mana, memeluk lengan Andovy dengan erat seakan tak ingin melepaskannya.

“Nayla?? Ngapain kamu di sini?” Setelah melihat Nayla, Andovy langsung menepis lengannya, membuat Nayla sedikit terdorong beberapa langkah.

“Aku di sini buat buktiin kalau yang selalu ada buat kamu itu aku, bukan Jericho.” Ucap Nayla tak tahu malu, membuat Andovy memutar bola matanya. Baru saja ia merasa bebannya hilang, tapi ternyata perempuan ini masih menghantuinya.

“Kamu ngerti kata udahan gak? Kita udah selesai, aku udah nurutin semua permintaan kamu selama sebulan ini, jadi kamu harus tepatin janji kamu buat pergi dari hidup aku.” Andovy masih menahan suaranya agar tak terlalu tinggi dan memancing perhatian orang-orang yang mungkin saja ada di sini.

“Enggak, aku gak mau, Vy. See? Cuma aku di sini, nemenin kamu bangkit.”

“Sick kamu.” Andovy menggelengkan kepalanya lalu mundur beberapa langkah untuk menjauhi Nayla.

Nayla menggigit bibirnya, mencari cara untuk menekan Andovy kembali. Dan ketika ia melihat sesuatu, ia tersenyum lebar. “Aku juga gak akan begini kalau kamu gak kasih aku harapan, Ovy! Kemarin kamu dateng ke aku, kamu yang kejar. Bahkan kamu selalu lindungin aku, you were the one who asked me to not leaving you anymore, you were even at my place every night, Ovy. Sekarang kamu minta aku pergi setelah semuanya?”

Nayla memandang Andovy dengan wajah sedihnya, matanya bahkan mulai berkaca-kaca. “Kamu buat aku mikir kalau kita masih mungkin, kamu yakinin aku buat nunggu kamu selesain semuanya sama Jericho, balikin nama kamu dan kembali sama aku lagi. Dan sekarang tiba-tiba kamu buang aku? Jahat kamu!” Sambung Nayla sambil menangis.

Andovy kini frustasi, mengusap wajahnya dengan kasar sambil menahan emosinya yang sudah di ubun-ubun. “Ngomong apasih?! Enough, Nay!”

“Brengsek lo!” -PLAK-

Sebuah tamparan telah mendarat keras di pipinya sebelum ia menoleh dengan sempurna ke hadapan orang lain yang berteriak.

“Gue gak tau lo bisa sebangsat ini, Vy!” Diora kembali memaki Andovy sambil menunjuk dirinya.

“Ra, Ra gue bisa jelasin, ini gak kayak yang lo liat.”

“Gak kayak yang gue liat? Gue liat semuanya dari awal, Vy. Gue denger apa yang udah lo lakuin sama perempuan sinting ini di belakan Iko.” Diora sangat amat marah, dan Andovy tahu kalau ini semua akan makin berantakan.

“Dia bohong, Ra. Gue gak kayak gitu!” Andovy berusaha menjelaskan namun Diora memotong perkataannya.

“Jahat lo! Iko khawatir tiap hari, Iko nunggu kabar lo sampe ngehubungin temen-temen lo, Iko mati-matian buat percaya kalau lo gak ngapa-ngapain di belakan dia, tapi ternyata lo selingkuh sama mantan lo. Mantan yang udah ninggalin lo di titik terendah lo. Bangsat!”

Diora memandang marah ke arah Andovy dan Nayla, sementara Nayla hanya tersenyum sambil melipat tangannya di depan dada. 'Bagus, marah terus, pojokin Ovy, kalau perlu langsung bilang ke Iko Iko itu tentang gue dan Ovy. Dengan gitu Ovy bakal tau siapa yang bener-bener selalu ada buat dia sekarang.'

“Kalau lo udah gak ada rasa sama Iko, putusin, anjing! Jangan mainin anak orang begini!”

“Gue bisa jelasin, Ra!'

“Apa? jelasin apa?! Jelasin kalo lo sama dia udah balikan?! Bukan ke gue, Vy. Lo harusnya ngomong ke Iko, lo harus jelasin semua ke Iko tentang perselingkuhan lo ini.”

“Rencananya emang Ovy mau jelasin semua ke Iko, kok. Dia bakal putusin Iko dan balik lagi sama gue.” Ucap Nayla dan membuat mata Andovy melebar.

“Oh bagus kalo gitu! Selamat ya mba perusak hubungan orang! Lo berhasil, Kalian adalah pasangan paling match sedunia. Pengkhianat dan pengkhianat, sakit lo berdua.” Ucap Diora sambil menunjuk keduanya sebelum berjalan pergi meninggalkan Andovy dan Nayla.

Keadaan basement sudah ramai oleh para karyawan yang bekerja di sini. Pertengkaran mereka tadi mengundang semua orang datang lalu merekam mereka. Andovy kembali mengusak wajahnya kasar dan berteriak keras sampai mengagetkan Nayla.

“Ra! Diora!” Andovy berlari meninggalkan Nayla untuk menyusul Diora yang sudah tak terlihat lagi, sedangkan Nayla tersenyum puas lalu membuka ponselnya, memeriksa sosial media, memantau berita dirinya dan Andovy hari ini.

“Semuanya berjalan sesuai rencana gue.”