Just Feeling
Cafe 03:20 PM
Oliver berjalan masuk dan dengan mudah menemukan kekasihnya yang benar aja hanya meeting berduaan dengan seorang laki-laki yang ia tak kenal.
“Sayang.”
Nathan tersenyum lalu menggeser duduknya agar Oliver bisa duduk disebelahnya.
Entahlah, tapi Oliver merasa kehadirannya tidak diharapkan oleh salah satu manusia disini.
“Mas, kenalin ini Oliver, pacar saya. Oliver, ini mas Bintara, klien aku.”
Kedua lelaki yang duduknya saling berhadapan itupun berjabat tangan. Tatapan Bintara nampak tak bersahabat dan Oliver sangat tidak menyukainya -juga-.
“Sorry ya gue jadi nimbrung. Kayaknya kecepetan jemput PACAR gue nya.”
Oliver dengan sengaja menekan kata 'pacar'.
“Gak apa apa. Santai aja, asal lo gak ganggu sih gue gak masalah.” Saut Bintara.
“Yaudah silahkan lanjutin meetingnya.”
Walau tidak sepenuhnya mengerti pembahasan mereka, Oliver tetap memperhatikan keduanya. Sejujurnya hanya memerhatikan Bintara, karena gelagatnya sangat menyebalkan.
Liat aja sekarang dia lagi ngapain. Dengan sengaja Bintara menyentuhkan jemarinya diatas jemari Nathan lalu menaikkan alisnya kearah Oliver.
'ASU. MAKSUTE OPO TOH?!' (Anjing, maksudnya apa sih?!)
Oliver harus mati matian menahan emosinya, udah kesabarannya setipis tisu, eh dikasih ujian kayak gini.
**'Ini perasaan gue aja atau emang ini cowok nantangin gue sih?!' **
“Terus aku mau pallete warna nya agak tajem yah, preview yang kemarin kamu kasih itu terlalu soft.”
“Tadi sama gue ngomongnya 'gue-lo' sama Nathan 'Aku-kamu'. Fix gk beres nih orang!”
“Ok mas, nanti saya revisi. Ada lagi?”
“Cukup deh hari ini. Kalo ada yang mau ditanyain lagi kamu bisa telfon aku ya.”
“TELFON KATANYA?! NGAJAK SLEEP CALL GITU?!” Sayang sekali itu hanya terucap di pikiran Oliver saja.
“Kalo gitu saya pamit duluan ya mas. Makasih untuk meetingnya, akan saya selesain secepetnya.”
Setelah memberesi barangnya, Oliver langsung menggenggam tangan Nathan. Nathan yang mulai sadar sikap Oliver agak berbedanpun hanya diam dan menurut saja.
“Kita duluan ya. Very nice to meet you, Bintara.”
Dan keduanya pun beranjak meninggalkan Bintara yang menatap punggung Oliver dari belakang dengan tatapan yang aneh.
“Emang gitu ya orangnya?”
“Gitu gimana?”
“Suka pegang-pegang kamu.”
Nathan terkekeh, menatap wajah pacarnya yang menyetir sambil cemberut.
“Hmm, emang rese sih orangnya. Udah pernah cerita kan aku.”
“Kalo meeting selalu berduaan aja?” Oliver sepertinya akan banyak bertanya.
“Iya, ini coffee shop punya dia sendiri. Jadi gak ada partner lain.”
“Pokoknya harus jaga jarak ya. Aku gak mau dia pegang-pegang kayak tadi lagi.”
“Iya sayangkuu, kamu tenang aja ya.” Nathan mengusap pipi Oliver, menenangkan kekasihnya yang sedang cemburu ini.
“Kamu ini gimana bisa keluar belum waktunya?” Giliran Nathan yang bertanya.
“Buat apa punya bawahan kalo gak bisa bagi bagi kerjaan? Hahaha- aw! Kenapa dicubit?!”
Oliver mengusap pahanya yang panas habis dicubit Nathan.
“Tega banget kerjaannya dilimpahin ke Julian terus!”
“KOK KAMU PERHATIAN SAMA JULIAN?! Dia aja kerjaannya cuma tp tp ke cowok divisi sebelah. Bagus aku kasih kerjaan dia. Lagian dia gak sendiri, ada Tiara sama Karina yang bantuin.”
Kini mobil mereka sudah terparkir di rumah Nathan dan keduanyapun sudah masuk kedalam rumah hangat itu.
“Tiara? Karina? Siapa tuh? Kamu belum pernah cerita.”
“Kalo Karina itu karyawan papahku tapi sekarang udah jadi bawahan aku. Kalo Tiara anak baru tapi aku udah kenal lama sama dia. Kapan-kapan aku kenalin yah.” Ucap Oliver sambil mengambil sekaleng soda dari kulkas.
“Kayaknya kenal banget tuh kamu sama Tiara.”
“Sini aku ceritain.”
Oliver menarik tangan Nathan, membuat Nathan duduk diatas pangkuannya.
“Aku sama Tiara udah kenal lama. Iya kita deket banget, dulu dia pernah jadi partner aku. Dia rent aku setahun gitu deh.” Cerita Oliver.
“Hah? Setahun? Lama amat anjrit. Ngapain aja kamu sama dia?! Jangan jangan kalian pacaran beneran?? Kamu suka ya sama dia?!”
Wajar saja dengan reaksi Nathan, ia pasti kaget.
“Enggak sayang. Kita dulu bisa partneran setahun karena saling nguntungin aja sih. Dia butuh aku buat bahan skripsi nya. Aku butuh dia buat ngalihin pikiran aku dari orang tua aku. That's it.”
“Oh.”
“Serius aku gak bohong. Kita gak pernah saling suka dan aku gak pernah ngelakuin hal hal spesial sama dia.”
Nathan menatap Oliver dan mengangguk dengan senyum. “Aku percaya kok.”
“Tiara orangnya baik, easy going, lucu lagi. Kamu harus kenal sama dia sih.”
“Ok kenalin aku sama dia nanti ya.”
“Siap sayangku.”
ㅡ