Bohong.
“Puas?”
Andovy yang baru saja sampai itu menatap Nayla di depannya yang tersenyum lebar. Sudah bisa ditebak jika jawabannya 'sangat puas'
“Aku kangen kamu, Ovyy.” Nayla langsung memeluk Andovy dengan sangat erat dan menenggelamkan wajahnua di ceruk leher Andovy.
Andovy memutar bola matanya lalu mendorong Nayla perlahan agar melepaskan pelukannya. Sudah jengkel sekali dengan kelakuan Nayla.
Dirinya yang seharusnya berada di rumah Jericho malah berakhir di sini bersama Nayla. Ok, ini hanya agar semuanya cepat berakhir. Makin cepat Nayla pergi, makin bagus pula untuk Andovy.
“Aku udah masak masakan kesukaan kamu loh, yuk makan.”
“Aku di sini cuma buat makan malam aja ya. Setelah itu aku mau pulang, masih ada urusan lain.”
Hanya ini yang Andovy bisa lakukan, menuruti permintan Nayla.
“Tapi aku mau kamu bermalam di sini juga. Temenin aku ya?” Ucap Nayla sambil memeluk lebgan Andovy dan mengelus dada bidang itu.
“Gak, aku gak bisa, Nay. Aku udah bilang kan kalau ada urusan?”
“Kalau begitu, aku makin lama buat pergi dari hidup kamu. Aku bakal terus ada di samping kamu dan minta kamu buat terus sama aku. Kamu mau begitu?”
Andovy mengusap wajahnya kasar. Kenapa ia harus terjebak dengan wanita yang terobsesi padanya ini? Seharusnya dari awal ia tidak usah menuruti semua permintaannya.
Namun nasi sudah menjadi bubur.
“Aku tidur si sofa.”
Andovy langsung berjalan ke meja makan tanpa memperdulikan Nayla yang kegirangan.
Dalam hatinya ia terus meminta maaf pada Jericho, kekasihnya yang entah sudah ke berapa kali ia bohongi.
'Maaf, Iko. Aku janji ini gak akan lama. Aku bakal beresin ini semua.'